Sadar atau tidak kita di dunia ini tidak akan mampu hidup sendiri. Seperti judul artikel ini "Inspirasi Dan Motivasi The Power Of Two" kita di tuntut untuk bersosialisasi dan berpasangan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Di kutip dari artikel Rizka Amalia Shofa (@rizkamamalia) apabila kita membacanya akan mengerti apa masud dari Inspirasi Dan Motivasi The Power Of Two. kurang lebih artikelnya seperti ini.
Dalam mata kuliah media pembelajaran, saya diajarkan tentang the power
of two “kekuatan berdua”. Maksudnya adalah tentang bagaimana dua orang
mendiskusikan tentang sesuatu untuk dibuat sebuah rumusan. Ternyata,
dalam kehidupan nyatapun the power of two sangat dibutuhkan. Lagi-lagi
ini tentang dua orang manusia. Menguatkan dan dikuatkan. Mengasihi dan
dikasihi walaupun tidak berharap balasan dari tiap mengasihi orang lain.
Mencintai, dan dicintai.
Belum ada yang bisa memungkiri
bahwa cinta memang membutuhkan the power of two untuk mendapatkan proses
serta output yang maksimal. Mungkin ini terlalu sulit dipikirkan,
karena orang sudah terlalu menerima bahwa cinta adalah rasa. Bukan mata,
apa lagi teori. Pandangan bahwa cinta adalah tentang rasa akhirnya
seperti menghalalkan dan menyetujui bahwa logika dalam cinta tidak lagi
menjadi yang utama karena nyatanya banyak yang logikanya dikalahkan oleh
rasa. Astaghfirullah..
Padahal banyak firman Allah yang
mengutamakan orang-orang yang berakal. Artinya, dalam Islampun akal
(yang berkaitan dengan logika) sangat diperhatikan. Misalnya
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang ber akal (menggunakan pikirannya).” (QS. Yuusuf, 12:
111)
Dalam ayat tersebut secara tidak langsung
disampaikan bahwa orang-orang yang mampu mendapat pengajaran adalah
mereka yang berakal dan menggunakan pikirannya. Jadi, logika manusia
tetap selalu mempunyai peran utama.
Kembali lagi dengan
cinta. Banyak yang berharap bahwa dalam sebuah cinta, logika dan rasa
menjadi dua hal yang bisa melengkapi (walaupun sampai sekarang masih
banyak yang tidak seimbang). Padahal dalam sebuah hubungan, salah satu
kekuatan the power of two (dalam cinta, ini tentang pihak perempuan dan
laki-laki) akan menuai manfaat tentang keseimbangan logika dan rasa
karena keduanya akan saling mengingatkan tentang hal tersebut.
Ketika
pihak laki-laki berusaha menenangkan pihak perempuan yang sedang
bimbang, secara tidak langsung hal tersebut adalah cara sang lelaki
mengingatkan dan mencoba mengajang pihak perempuan untuk ingat akan
keseimbangan dan rasa. Tidak jarang, dalam cintapun ada yang namanya
perselisihan, rasa sensitif antara satu sama lain, dan perbedaan
pendapat.
Jalan keluar yang paling indah adalah ketika
salah satu pihak ada yang mau mengalah dan tetap selalu mengungkapkan
pikiran dan rasa tentang bagaimana caranya membawa permasalahan tersebut
agar bisa dibicarakan bersama tanpa emosi yang meledak-ledak, dan tetap
penuh dengan rasa sayang. Orang sering bertanya, “kenapa harus
mengalah? Sampai kapan mau mengalah? Apa tidak takut ditindas?”
Lagi-lagi
manusia memang senang sekali suudzon (tanpa kita sadari). Mengapa yang
selalu disorot adalah dampak buruknya? Hal seperti itu menjadikan kita
lupa bagaimana menanggapi masalah dengan berpikir positif. Pernahkah ada
yang berpikir bahwa ketika ada pihak yang mengalah dalam sebuah
masalah, justru hal tersebutlah sisi lain the power of two. Mengapa
demikian? Karena pihak yang mengalah berusaha untuk mengantisipasi
pergolakan yang akan lebih mengkhawatirkan. Pihak yang mengalah justru
merupakan penyeimbang ketika terjadi perselisihan dalam hubungan
percintaan. Bukan hanya agar perselisihan tersebut cepat berakhir, namun
juga mengingatkan satu sama lain dengan tetap penuh rasa sayang.
Cinta
yang indah adalah ketika kedua pihak mampu menempatkannya sebagai ajang
untuk lebih memahami satu sama lain. Belajar mengungkapkan emosi tanpa
harus meledak-ledak dan melukai orang lain (dalam hal ini pasangan). Dan
belajar untuk saling mengingatkan. Betapa besar manfaat the power of
two sekalipun dalam urusan cinta. Ya, karena cinta adalah ‘kita’. Bukan
‘aku’ atau ‘kamu’.
Posting Komentar