Pengertian Kelistrikan Dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik | Hai kawan-kawan erblog yang setia, kali ini erblog akan berbagi tentang Pengertian Kelistrikan Dan Sistem Distribusi Tenaga Listrikdan semoga artikel tentang Pengertian Kelistrikan Dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik bermanfaat untuk teman-teman semua. Oke langsung saja untuk membaca atikel tentang Pengertian Kelistrikan Dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Demikian artikel
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
2-1 Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga Listrik
2-1-1 Pengertian Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.
Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari
sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi
fungsi distribusi tenaga listrik adalah;
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan
2)
merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringandistribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV
dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik
tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan
melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk
memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam
hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir
(I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka
arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil
pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV
dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi,
kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik
dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer
inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan
tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah,
yaitu 220/380Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi
sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi
merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara
keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu
digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo
step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan
beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya
harga perlengkapanperlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan
nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah
pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan
menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai
tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan
berbeda-beda.
2-1-2 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar 3-2:
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah
Berdasarkan
pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi
Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa
kelasifikasi itu dibuat.
Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a.
SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor
dan peralatan per-lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu bata, pasir dan lain-lain.
c.
Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang,
rangka tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester,
kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding, dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.
2-2. Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2-2-1. Menurut nilai tegangannya:
2-2-1-1 Saluran distribusi Primer.
Terletak pada sisi
primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation
(G.I.) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini
bertegangan menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV,
jika langsung melayani pelanggan , bisa disebut jaringan
distribusi. 2-2-1-2 Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi
sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik
cabang menuju beban
2-2-2 Menurut bentuk tegangannya:
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan bolak-balik.
2-2-3 Menurut jenis/tipe konduktornya:
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan support (tiang) dan perlengkapannya, dibedakan atas:
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.
- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut (submarine cable)
2-2-4 Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a. Saluran Konfigurasi horisontal:
Bila saluran fasa
terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atau saluran positip terhadap
negatip (pada sistem DC) membentuk garis horisontal.
2-2-5 Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi
di bedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem
distribusi sekunder.
2-2-5-1 Jaringan Sistem Distribusi Primer
Sistem
distribusi primer diguna kan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat
mengguna kan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai
dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi
lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang
akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban. Terdapat
bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer.
1) Jaringan Distribusi Radial.
Bila
antara titik sumber dan titik bebannya hanya terdapat satu saluran
(line), tidak ada alternatif saluran lainnya. Bentuk Jaringan
ini merupakan bentuk dasar, paling sederhana dan paling banyak
digunakan. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial
dari suatu titik yang merupakan sumber dari jaringan itu,dan
dicabang-cabang ke titik-titik beban yang dilayani.
Catu daya
berasal dari satu titik sumber dan karena adanya pencabangan-pencabangan
tersebut, maka arus beban yang mengalir sepanjang saluran menjadi tidak
sama besar.
Oleh karena kerapatan arus (beban) pada setiap
titik sepanjang saluran tidak sama besar, maka luas penampang konduktor
pada jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak harus sama. Maksudnya,
saluran utama (dekat sumber) yang menanggung arus beban besar,
ukuran penampangnya relatip besar, dan saluran cabang-cabangnya makin
ke ujung dengan arus beban yang lebih kecil, ukurannya lebih kecil pula.
Spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah:
a). Bentuknya sederhana.(+)
b). Biaya investasinya relatip murah.(+)
c). Kualitas pelayanan dayanya relatip jelek, karena rugi tegangan dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatip besar.(-)
d).
Kontinyuitas pelayanan daya tidak terjamin, sebab antara titik sumber
dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran sehingga bila saluran
tersebut mengalami gangguan, maka seluruh rangkaian sesudah titik
gangguan akan mengalami "black out" secara total.(-)
Untuk
melokalisir gangguan, pada bentuk radial ini biasanya diperlengkapi
dengan peralatan pengaman berupa fuse, sectionaliser, recloser, atau
alat pemutus beban lainnya, tetapi fungsinya hanya membatasi daerah yang
mengalami pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah/dibelakang
titik gangguan, selama gangguan belum teratasi. Jadi, misalkan gangguan
terjadi di titik F, maka daerah beban K, L dan M akan mengalami
pemadaman total (Gambar 2-10). Jaringan distribusi radial ini memiliki
beberapa bentuk modifikasi, antara lain:
(1). Radial tipe pohon.
(2). Radial dengan tie dan switch pemisah.
(3). Radial dengan pusat beban.
(4). Radial dengan pembagian phase area.
(1) Jaringan Radial tipe Pohon
Bentuk
ini merupakan bentuk yang paling dasar. Satu saluran utama dibentang
menurut kebutuhannya, selanjutnya dicabangkan dengan saluran cabang
(lateral penyulang) dan lateral penyulang ini dicabang-cabang
lagi dengan sublateral penyulang (anak cabang). Sesuai dengan
kerapatan arus yang ditanggung masing-masing saluran, ukuran penyulang
utama adalah yang terbesar, ukuran lateral adalah lebih kecil dari
penyulang utama, dan ukuran sub lateral adalah yang terkecil.
(2) Jaringan radial dengan tie dan switch pemisah.
Bentuk
ini merupakan modifikasi bentuk dasar dengan menambahkan tie dan switch
pemisah, yang diperlukan untuk mempercepat pemulihan pelayanan bagi
konsumen, dengan cara menghubungkan areaarea yang tidak terganggu pada
penyulang yang bersangkutan, dengan penyulang di sekitarnya. Dengan
demikian bagian penyulang yang terganggu dilokalisir, dan bagian
penyulang lainnya yang "sehat" segera dapat dioperasikan kembali, dengan
cara melepas switch yang terhubung ke titik gangguan, dan menghubungkan
bagian penyulang yang sehat ke penyulang di sekitarnya.
(3). Jaringan radial tipe pusat beban.
Bentuk
ini mencatu daya dengan menggunakan penyulang utama (main feeder) yang
disebut "express feeder" langsung ke pusat beban, dan dari titik pusat
beban ini disebar dengan menggunakan "back feeder" secara radial.
(4) Jaringan radial dengan phase area
Pada
bentuk ini masing-masing fasa dari jaringan bertugas melayani daerah
beban yang berlainan. Bentuk ini akan dapat menimbulkan akibat kondisi
sistem 3 fasa yang tidak seimbang (simetris), bila digunakan pada daerah
beban yang baru dan belum mantap pembagian bebannya. Karenanya hanya
cocok untuk daerah beban yang stabil dan penambahan maupun pembagian
bebannya dapat diatur merata dan simetris pada setiap fasanya.
2) Jaringan distribusi ring (loop).
Bila
pada titik beban terdapat dua alternatip saluran berasal lebih
dari satu sumber. Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga
bentuk jaringan "loop". Susunan rangkaian penyulang membentuk ring, yang
memungkinkan titik beban dilayani dari dua arah penyulang,
sehingga kontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta kualitas dayanya
menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran
menjadi lebih kecil.
Bentuk loop ini ada 2 macam, yaitu:
(a). Bentuk open loop:
Bila diperlengkapi dengan normally-open switch, dalam keadaan normal rangkaian selalu terbuka.
(b). Bentuk close loop
Bila diperlengkapi dengan normally-close switch, yang dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup.
3) Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
Merupakan
gabungan dari beberapa saluran mesh, dimana terdapat lebih satu sumber
sehingga berbentuk saluran interkoneksi. Jaringan ini berbentuk
jaring-jaring, kombinasi antara radial dan loop.
Titik
beban memiliki lebih banyak alternatip saluran/penyulang, sehingga bila
salah satu penyulang terganggu, dengan segera dapat digantikan oleh
penyulang yang lain. Dengan demikian kontinyuitas penyaluran daya sangat
terjamin.
Spesifikasi Jaringan NET ini adalah:
1). Kontinyuitas penyaluran daya paling terjamin.(+)
2). Kualitas tegangannya baik, rugi daya pada saluran amat kecil.(+)
3). Dibanding dengan bentuk lain, paling flexible (luwes) dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan beban. (+}
4). Sebelum pelaksanaannya, memerlukan koordinasi perencanaan yang teliti dan rumit. (-)
5). Memerlukan biaya investasi yang besar (mahal) (-)
6). Memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam pengoperasian nya.(-)
Dengan
spesifikasi tersebut, bentuk ini hanya layak (feasible) untuk melayani
daerah beban yang benar-benar memerlukan tingkat keandalan dan
kontinyuitas yang tinggi, antara lain: instalasi militer, pusat
sarana komunikasi dan perhubungan, rumah sakit, dan sebagainya. Karena
bentuk ini merupakan jaringan yang menghubungkan beberapa sumber,
maka bentuk jaringan NET atau jaring-jaring disebut juga jaringan
"interkoneksi".
4) Jaringan distribusi spindle.
Selain
bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi yang telah ada, maka
dikembangkan pula bentuk-bentuk modifikasi, yang bertujuan meningkatkan
keandalan dan kualitas sistem. Salah satu bentuk modifikasi yang populer
adalah bentuk spindle, yang biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang
dalam keadaan dibebani, dan satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa
beban. Perhatikan gambar 2-22. Saluran 6 penyulang yang beroperasi dalam
keadaan berbeban dinamakan "working feeder" atau saluran kerja, dan
satu saluran yang dioperasikan tanpa beban dinamakan "express feeder".
Fungsi
"express feeder" dalam hal ini selain sebagai cadangan pada saat
terjadi gangguan pada salah satu "working feeder", juga berfungsi untuk
memperkecil terjadinya drop tegangan pada sistem distribusi bersangkutan
pada keadaan operasi normal. Dalam keadaan normal memang "express
feeder" ini sengaja dioperasikan tanpa beban. Perlu diingat di sini,
bahwa bentuk-bentuk jaringan beserta modifikasinya seperti yang telah
diuraikan di muka, terutama dikembangkan pada sistem jaringan arus
bolak-balik (AC).
5) Saluran Radial Interkoneksi
Saluran
Radial Interkoneksi yaitu terdiri lebih dari satu saluran radial
tunggal yang dilengkapi dengan LBS/AVS sebagai saklar
inerkoneksi. Masing-masing tipe saluran tersebut memiliki spesifikasi
sendiri, dan agar lebih jelas akan dibicarakan lebih lanjut pada
bagian lain. Pada dasarnya semua beban yang memerlukan tenaga
listrik, menuntut kondisi pelayanan yang terbaik, misalnya dalam hal
stabilitas tegangannya, sebab seperti telah dijelaskan, bila tegangan
tidak nominal.
dan tidak stabil, maka alat listrik yang
digunakan tidak dapat beroperasi secara normal, bahkan akan mengalami
kerusakan. Tetapi dalam prakteknya, seberapa besar tingkat pelayanan
terbaik dapat dipenuhi, masih memerlukan beberapa pertimbangan,
mengingat beberapa alasan.
Digunakan untuk daerah dengan :
- Kepadatan beban yang tinggi
- Tidak menuntut keandalan yang terlalu tinggi
Secara umum, baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik terutama adalah ditinjau dari hal-hal berikut ini:
1).
Kontinyuitas Pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan,
baik karena gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan.
Biasanya, kontinyuitas pelayanan terbaik diprioritaskan pada beban-beban
yang dianggap vital dan sama sekali tidak dikehendaki
mengalami pemadaman, misalnya: instalasi militer, pusat pelayanan
komunikasi, rumah sakit, dll.
2). Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi:
- kapasitas daya yang memenuhi.
- tegangan yang selalu konstan dan nominal.
- frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC).
Catatan: Tegangan nominal di sini dapat pula diartikan kerugian tegangan yang terjadi pada saluran relatif kecil sekali.
3). Perluasan dan Penyebaran daerah beban yang dilayani seimbang.
Khususnya untuk sistem tegangan AC 3 fasa, faktor keseimbangan/kesimetrisan beban pada masing-masing fasa perlu diperhatikan.
Bagaimana pengaruh pembebanan yang tidak simetris pada suatu sistem distribusi, akan dibicarakan lebih lanjut dalam bagian lain.
4). Fleksibel dalam pengembangan dan perluaan daerah beban.
Perencanaan
sistem distribusi yang baik, tidak hanya bertitik tolak pada kebutuhan
beban sesaat, tetapi perlu diperhatikan pula secara teliti mengenai
pengembangan beban yang harus dilayani, bukan saja dalam hal penambahah
kapasitas dayanya, tetapi juga dalam hal perluasan daerah beban yang
harus dilayani.
5). Kondisi dan Situasi Lingkungan. Faktor ini
merupakan pertimbangan dalam perencanaan untuk menentukan tipetipe atau
macam sistem distribusi mana yang sesuai untuk lingkungan bersangkutan,
misalnya tentang konduktornya, konfigurasinya, tata letaknya, dsb.
termasuk pertimbangan segi estetika (keindahan) nya.
6).
Pertimbangan Ekonomis. Faktor ini menyangkut perhitungan untung rugi
ditinjau dari segi ekonomis, baik secara komersiil maupun dalam rangka
penghematan anggaran yang tersedia.
2-2-5-2 Jaringan Sistem
Distribusi Sekunder Sistem distribusi sekunder digunakan untuk
menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada
di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling
banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan
kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini
biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan
kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui
peralatan-peralatan sbb:
1) Papan pembagi pada trafo distribusi,
2) Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
3) Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
4) Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.
2-3 Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut standar;
(1) EEI : Edison Electric Institut,
(2)
NEMA (National Electrical Manufactures Association). Pada dasarnya
tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor utama yang perlu
diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban
mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban dapat dioperasikan
secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC
dibedakan atas beberapa macam tipe, dan cara pengawatan ini bergantung
pula pada jumlah fasanya, yaitu:
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Di
Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380
Volt. Sedang pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik dari
PT. PLN, menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar yang
ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada
negara pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana semua
peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan
kerja (motor-motor listrik) di suplai dari negara pemberi
pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai anggota, IEC (International
Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem
tegangan menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah
tidak mencantumkan lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard Voltage).
Pengertian Kelistrikan Dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik yang erblog bisa bagikan, semoga bermanfaat dan silahkan dibagikan ke teman-teman anda yang membutuhkan. :)
salam ER
Posting Komentar