Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yaitu hydro yang berarti air, dan ponos yang berarti daya. Dalam bahasa inggris “Hydroponic” juga dikenal dengan istilah soilless culture, atau bisa diartikan sebagai budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah (sebagai media tanamnya). Jadi dalam budidaya hidroponik, kita tidak memerlukan tanah sama sekali.
Terdengar aneh? Saya rasa tidak.
Pada dasarnya fungsi tanah bagi tanaman
adalah sebagai media tumbuh dan menegakkan tanaman, serta menyediakan
unsur-unsur hara (makro dan mikro) yang diperlukan oleh tanaman untuk
melakukan pertumbuhannya. Jadi secara logika, tanaman dapat tumbuh
secara normal asalkan tanaman tersebut terpenuhi kebutuhan unsur haranya
secara lengkap, tanpa harus menggunakan tanah sebagai media tanamnya.
Dalam sistem budidaya hidroponik, yang
merupakan budidaya tanpa tanah, peran tanah digantikan dengan
media-media tanam lain yang memiliki sifat dan karakteristik yang
mendukung untuk pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan.
Beberapa sifat yang harus dimiliki oleh media tanam di antaranya:
- Mampu mengikat air cukup baik, sehingga dapat menjaga kandungan air dalam media, menjaga akar agar tetap basah.
- Memiliki pH normal (tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa), hal ini dikarenakan tumbuhan memerlukan pH antara 5,5-6,5, sehingga kandungan pH harus sesuai/cocok dengan syarat tumbuh tanaman.
- Bebas bakteri dan jamur, hal ini agar tanaman tidak terserang penyakit yang ditularkan oleh media tanam.
Beberapa media tanam yang biasa digunakan dalam budidaya hidroponik di antaranya:
Rockwool, arang sekam/sekam bakar, cocopeat (serbuk sabut kelapa), serbuk gergaji, hydroton, pasir, batuan alam (perlite, vermiculite, zeolit).
Rockwool, arang sekam/sekam bakar, cocopeat (serbuk sabut kelapa), serbuk gergaji, hydroton, pasir, batuan alam (perlite, vermiculite, zeolit).
Bagaimana dengan unsur haranya?
Dalam hidroponik, unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman diberikan dalam bentuk larutan berupa
garam-garam mineral dan sering dikenal dengan istilah “larutan nutrisi”.
Larutan nutrisi ini sudah mengandung semua unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman secara lengkap. Unsur-unsur tersebut terdiri dari unsur hara
makro (N, P, K) dan unsur hara mikro (Ca, S, Fe, Mg, B, Mn, Zn, Mo, Cu,
Co), unsur hara lain berupa C, H, O didapat secara bebas dari udara.
Larutan nutrisi ini biasanya dikemas menjadi dua bagian (yaitu bagian A
dan bagian B).
Kebutuhan unsur hara tiap tanaman
berbeda-beda, misalnya kebutuhan unsur hara tanaman sayuran daun (sawi,
bayam, kangkung, dll) berbeda dengan kebutuhan unsur hara tanaman
sayuran buah (tomat, paprika, terong, cabe, dll), begitu pula dengan
tanaman bunga-bungaan dan tanaman berkayu.
Dalam hidroponik, formulasi nutrisi
sudah dibuat secara khusus untuk tiap tanaman tertentu, biasanya ada
tiga macam formulasi khusus yang dibuat oleh produsen yaitu nutrisi
khusus sayuran daun, sayuran buah, dan bunga. Kandungan nutrisi di
dalamnya sudah diramu sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada ketiga
kategori tanaman tersebut, sehingga produksi bisa maksimal. Hal ini juga
bertujuan agar kita dapat menentukan mana nutrisi yang cocok untuk kita
gunakan sesuai dengan tanaman yang kita budidayakan.
Jenis tanaman yang dibudidayakanHidroponik biasa dilakukan untuk budidaya tanaman sayuran daun dan buah, serta bunga.
Beberapa macam sistem hidroponik
Hidroponik sendiri, sampai saat ini
sudah dikembangkan menjadi beberapa macam. Yaitu Aeroponik, NFT, Rakit
apung, Wick, Ebb and Flow, dan Fertigasi.
- Wick
Sistem hidroponik menggunakan sumbu yang
dipasangkan ke media/pot tanaman, sumbu ini berfungsi untuk mengalirkan
larutan nutrisi dari bawah (penampung) ke atas (akar tanaman). Sistem
ini merupakan sistem yang paling mudah, dan murah, dan sangat cocok
untuk tahap belajar. :)
- Rakit apung
Dikenal dengan istilah Raft system, FHS (Floating Hydroponic System), atau Water culture system.
Prinsip sistem hidroponik ini yaitu tanaman ditanam dalam keadaan
diapungkan tepat di atas larutan nutrisi, biasanya menggunakan styrofoam
sebagai penopangnya. Sistem ini menggunakan aerator (semacam alat
pemompa udara) yang dialirkan di dalam larutan nutrisi, bertujuan untuk
memberi pasokan udara pada akar tanaman.
- NFT (Nutrient Film Technique)
Sistem hidroponik dengan pemberian
nutrisi berupa aliran air yang tipis. Aliran tipis ini dialirkan
sepanjang perakaran tanaman, dan biasanya dialirkan (menggunakan pompa
air) dengan jangka dan jeda waktu tertentu, sehingga aliran nutrisi dan
udara akan terus tersirkulasi dengan seimbang.
- Ebb and Flow
Sistem hidroponik ini juga dikenal dengan istilah Flood and Drain system,
atau sistem pasang surut. Maksudnya, tanaman dialiri nutrisi pada waktu
tertentu (pasang), kemudian nutrisi dialirkan keluar pada waktu
tertentu (surut).
- Fertigasi
Sering dikenal dengan istilah Drip irrigation
atau irigasi tetes. Sistem hidroponik ini menggunakan prinsip irigasi
tetes untuk mengalirkan nutrisinya. Yaitu aliran nutrisi dialirkan
melalui selang irigasi dan disiramkan pada tanaman dalam bentuk tetesan
air (menggunakan dripper) yang sudah diatur dalam selang waktu
tertentu, sehingga nutrisi yang dialirkan bisa optimal dan memenuhi
kebutuhan nutrisi tanaman. Pada sistem ini, aliran nutrisi dialirkan
secara terbuka, artinya larutan nutrisi tidak dialirkan kembali ke bak
penampung, sehingga pengaturan waktu dan frekuensi penyiraman sangat
diperlukan dan dilakukan secara cermat agar pemberian nutrisi dapat
efisien tanpa ada nutrisi yang terbuang. Sistem ini biasanya digunakan
pada tanaman sayuran buah (tomat, paprika, cabe, terong, dll) yang
memiliki ukuran yang tinggi dan cukup lebat.
- Aeroponik
Sistem hidroponik dengan posisi tanaman dalam keadaan menggantung, pemberian nutrisi menggunakan sprayer nozzle/kabut.
Kabut disemprotkan pada bagian akar sehingga terserap oleh akar tanaman
dalam bentuk partikel-partikel mikro. Sistem ini merupakan sistem yang
paling canggih saat ini, serta harga peralatan-peralatannya pun cukup
mahal. :)
Penjelasan lengkap dan terperinci mengenai macam-macam sistem di atas, tunggu di artikel kami selanjutnya... :)Greenhouse
Sistem hidroponik sering diidentikkan
dengan budidaya di dalam greenhouse/rumah kaca. Lalu apa kita harus
mempunyai greenhouse untuk melakukan budidaya hidroponik? Tentu
jawabannya tidak.
Dalam skala besar/komersial biasanya budidaya hidroponik dilakukan di dalam greenhouse, hal ini bertujuan untuk memudahkan perawatan dan pengontrolan iklim mikro di dalam greenhouse, serta melindungi dari terpaan hujan/angin dan masuknya hama dari luar.
Dalam skala besar/komersial biasanya budidaya hidroponik dilakukan di dalam greenhouse, hal ini bertujuan untuk memudahkan perawatan dan pengontrolan iklim mikro di dalam greenhouse, serta melindungi dari terpaan hujan/angin dan masuknya hama dari luar.
Untuk skala hobi/rumahan, tidak perlu
membuat greenhouse untuk melakukan budidaya hidroponik. Asal ada tempat
yang cukup memadai, serta kebutuhan pertumbuhan tanaman bisa tercukupi,
sudah cukup untuk melakukan budidaya hidroponik sendiri di rumah.
Budidaya Indoor dengan Hidroponik
Salah satu hal yang menarik dari
hidroponik adalah, budidaya hidroponik dapat dilakukan di “semua”
tempat. Hidroponik dapat dilakukan di luar maupun di dalam rumah,
termasuk di dalam ruangan tertutup. Hal yang perlu dilakukan yaitu kita
harus memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan tanaman. Dalam ruang
tertutup, kebutuhan tanaman akan cahaya dapat diganti menggunakan lampu
LED khusus untuk budidaya hidroponik.
Jadi, apa anda tertarik untuk budidaya hidroponik?
Source: http://www.heejao.com/blog/artikel/mengenal-hidroponik
1 komentar:
Trimakasih tulisan, ilustrasi dan isinya sgt fariable dan komplit..
ReplySangat membantu..
By.agronavies
Posting Komentar